Latifah; Teori Remagogy: Pendekatan Pendidikan Islami untuk Menyelaraskan Aqil dan Baligh
Fenomena “remaja” merupakan konstruksi sosial-budaya Barat yang relatif baru dan berbeda dengan konsep perkembangan manusia dalam Islam. Dalam praktiknya, fase ini sering menjadi periode ketidakseimbangan antara kematangan fisik (baligh) yang datang lebih awal dengan kematangan berpikir (aqil) yang datang terlambat. Artikel ini membahas teori Remagogy yang dikembangkan oleh Drs. Adriano Rusfi, Psi., M.Psi., sebagai strategi pendidikan untuk mengembalikan keselarasan aqil dan baligh, membentuk pribadi Mukmin Mukallaf yang bertanggung jawab penuh atas kehidupan agamanya, sosialnya, dan perannya di tengah masyarakat.
Pendahuluan
Dalam pandangan Islam, fase perkembangan manusia dirancang sesuai fitrah. Tiga tahap utama—Athfal, Mumayyiz, dan Aqil Baligh—mencerminkan kesinambungan yang harmonis antara perkembangan fisik, mental, dan tanggung jawab moral. Sebaliknya, paradigma Barat menambahkan fase “remaja” yang muncul pasca Revolusi Industri, ketika anak-anak kehilangan bimbingan orang tua karena keterikatan pekerjaan, lalu “dititipkan” di sekolah yang hanya menekankan keterampilan dan pengetahuan, tanpa membangun karakter dan tanggung jawab.
Konsekuensi dari model ini adalah munculnya problematika remaja: perilaku menyimpang, krisis identitas, lemahnya kontrol diri, hingga terputusnya rasa tanggung jawab sosial. Masalah ini semakin diperburuk oleh percepatan baligh dan keterlambatan aqil, menciptakan generasi dengan energi besar namun minim kontrol moral.
Kerangka Teoretis: Perkembangan Manusia dalam Islam dan Barat
1. Tahapan Perkembangan Islam
- Athfal (0–7 tahun): Masa pembelajaran tanpa beban tanggung jawab penuh.
- Mumayyiz (7–10/12 tahun): Masa awal memahami benar dan salah, tetapi belum memiliki tanggung jawab penuh.
- Aqil Baligh (12–15 tahun ke atas): Kedewasaan fisik dan mental yang menyatu; siap menjalankan syariat dan memikul tanggung jawab sosial.
2. Tahapan Perkembangan Barat
- Prenatal (sebelum lahir)
- Infancy (0–1 tahun)
- Toddlerhood (1–3 tahun)
- Childhood (4–12 tahun)
- Adolescence (13–19 tahun)
- Adulthood (20 tahun ke atas, kedewasaan penuh pada ±28 tahun)
Konsep “adolescence” dalam Barat memisahkan kematangan fisik dari mental, menciptakan ruang kosong tanggung jawab yang menjadi ladang subur bagi krisis perilaku.
Analisis Masalah: Ketidakseimbangan Aqil dan Baligh
Ketidaksesuaian ini menciptakan kondisi high drive, less control—motivasi dan energi tinggi tanpa kendali moral dan kognitif. Gejalanya mencakup mudah tersulut emosi, galau, stres, dan ketidakjelasan posisi sosial. Padahal, sejarah Islam menunjukkan bahwa pemuda yang aqil dan baligh secara serentak dapat memikul tanggung jawab besar, seperti Usamah bin Zaid yang menjadi panglima perang di usia 17 tahun.
Teori Remagogy: Definisi dan Tujuan
Remagogy adalah pendekatan pendidikan yang bertujuan menyelaraskan kembali aqil dan baligh. Tujuan utamanya adalah menjadikan peserta didik sebagai Mukmin Mukallaf—pribadi muslim yang memahami hukum syariat, memiliki kematangan berpikir, kemandirian, dan tanggung jawab sosial.
Filosofi dasarnya: pendidikan bukan hanya mengajarkan hukum syariat, tetapi juga menyiapkan anak menjadi subjek hukum yang sadar dan siap memikul konsekuensinya.
Implementasi Teori Remagogy
1. Peran Orang Tua
- Ayah sebagai penentu arah, pengambil keputusan, dan teladan.
- Ibu sebagai pelaksana teknis pendidikan di rumah.
- Rumah menjadi pusat kehangatan dan pembentukan karakter.
2. Peran Sekolah
- Menjadi kawah candradimuka pembinaan mental, moral, dan keterampilan.
- Menjadi tempat penguatan nilai, bukan sekadar transfer pengetahuan.
3. Tujuh Langkah Strategis
- Membangun keyakinan tentang kondisi remaja yang kritis.
- Menghadirkan sosok Ayah secara berkualitas.
- Mendidik generasi di tengah realita kehidupan.
- Menerapkan pendidikan yang berani dan tega.
- Melatih anak memecahkan masalah nyata.
- Mengembangkan kemandirian finansial dan personal.
- Melatih kecakapan sosial, komunikasi, kepemimpinan, dan manajemen konflik.
Pendekatan Teknis: Memperlambat Baligh, Mempercepat Aqil
- Tanggung Jawab: Melatih anak menghadapi konsekuensi logis dari setiap tindakan (consequential learning).
- Kemampuan Berpikir: Mengajak diskusi, melibatkan anak dalam pengambilan keputusan.
- Kemandirian Finansial: Melatih wirausaha sederhana sejak dini.
- Kecakapan Sosial: Melibatkan anak dalam kegiatan organisasi dan kepemimpinan.
- Entrepreneurship Islami: Meneladani kisah Bunda Hajar sebagai model daya juang dan visi jauh ke depan.
Kesimpulan
Remagogy menawarkan kerangka pendidikan yang kembali pada fitrah manusia sebagaimana pandangan Islam. Dengan menyelaraskan aqil dan baligh, generasi muda dapat tumbuh sebagai pribadi dewasa yang mandiri, bertanggung jawab, dan siap menjadi pemimpin umat. Pendidikan keluarga, peran ayah yang optimal, dukungan sekolah, dan keterlibatan masyarakat menjadi fondasi utama keberhasilan strategi ini.
Sebagaimana pesan Ustadz Adriano: “Adalah aneh jika kita mendidik anak dengan taklif syar’i, namun tidak mempersiapkannya menjadi mukallaf.” Remagogy adalah jalan untuk memastikan bahwa pendidikan tidak hanya mencetak lulusan, tetapi menyiapkan pewaris peradaban.
Siti Latifah : Guru SD Integral Hidayatullah Depok
